Selasa, 31 Agustus 2010

ptk lagi

PTK
Posted on 9 Maret 2009 by riski075
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang guru profesional, karena dengan adanya PTK guru bisa memberikan suasana lain dari materi yang diajarkan kepada siswa. Dengan PTK pada bidangnya guru bisa memberikan materi dengan metode yang bervariasi dan dapat membuat siswa belajar dengan baik dan menyenangkan
Kali ini saya akan memberikan contoh PTK bidang studi Matematika :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru yang baik, yaitu guru yang professional, tidak akan cepat puas dengan apa yang telah diraih. Diantara kopetensi professional guru yang langsung terkait dengan Penelitian Tindakan Kelas, yaitu “Kemampuan melakukan penelitian sederhana dalam rangka peningkatan kualitas professional guru, khususnya kualitas pembelajaran.”
Melaksanakan pengembangan profesi ( PTK Penelitian Tindakan Kelas ) bagi guru sangat dianjurkan, karena PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya.
B. Rumusan Masalah
“Pembelajaran haruslah mudah dan menyenangkan bagi anak“; sebuah paradigma baru yang tidak bisa kita pungkiri realitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak anak akan bekerja secara optimal jika suasana menyenangkan, sehingga pelajaran menjadi mudah dan menyenangkan bagi anak (Tim Triner KPI, 2005).
Siswa dapat menyenangi dan mencintai bila sesuatu itu menyenangkan. Matematika dapat disenangi apabila pelajaran tersebut dapat diikuti tanpa harus memeras otak atau dapat dikerjakan secara serius tapi santai, serta merupakan sesuatu yang menarik dan mudah. Hal inilah yang harus dicarikan alternatif, aktivitas, metode, dan variasi yang lain yang menyenangkan sehingga dapat memotivasi anak untuk belajar.
C. Tujuan Penelitian
1. Mencari metode yang tepat untuk pelajaran matematika
2. Agar siswa dapat belajar matematika dengan rasa yang menyenangkan tanpa adanya perasaan takut dalam menghadapi matematika
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KEPUSTAKAAN
Pendidikan merupakan kunci kemajuan dan kesuksessan masa depan suatu bangsa, itu pulalah yang menyebabkan pemimpin Jepang paska bom Hiroshima dan Nagasaki menanyakan berapa orangkah guru yang masih tertinggal dan selamat.
Pendidikan merupakan pembimbigan seseorang kearah dewasa, baik secara biologis,baik secara ekonomis, baik secara sosiologis. Seseorang yang dewasa harus mempunyai skill life atau kecakapan hidup sehingga dia tidak menjadi beban bagi orang lain, Dia harus mempunyai kepribadian yang mandiri sehingga setiap tantangan, rintangan dan persoalan hidup dapat menerima dengan tenang, kemudian menghadapi dengan cermat, dan mengatasi serta memecahkannya dengan bijaksana.
Hakikat belajar mengajar: menurut Abu Ahmadi hakikat mengajar itu ada jenis 1. menanamakan pengatahuan kepada anak, 2. menyampaikan pengetahuan dan kebudayaan kepada anak, 3. suatu aktivitas mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi prases belajar.Hakiakat belajar adalah usaha sadar untuk menguasai ilmu, untuk dapat menerapkan pengetahuan , untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik. Jadi belajar dan mengajar saling berkaitan dalam suatu proses menuju perubahan pengetahuan, perubahan tingakah laku, perubahan keterampilan dan dapat mengatasi persoalan hidup dengan baik dan mandiri.
A. Kajian Umum Pendidikan
Kegiatan belajar mengajar supaya lebih efektif harus memperhatikan sebagai berikut:
1. Tujuan belajar mengajar
Secara umum tujuan belajar mengajar adalah untuk mengubah pengetahuan peserta didik, mengubah kepribadian, mengubah keterampilan. Jadi dalam pendidikan harus ada perubahan kalau tidak ada perubahan maka kegiatan belajar itu tidak berhasil.
2. Guru sebagai salah satu sumber belajar.
Guru yang membimbing harus orang kompeten, pendidik yang kompeten adalah guru yang mempunyai kesadaran kependidikan yang tinggi dan memenuhi syarat -syarat seorang guru yang baik.
3. Azas didaktik
Dalam Kegiatan belajar hendak memperhatikan pengajaran (azas didaktik) antara lain :
a. Harus ada pemusatan perhatian sehingga semua potensi yang ada pada diri peserta didik dapat berfungsi dengan maksimal.
b. Harus ada keaktifan peserta didik harus aktif dalam proses belajar mengajar, keaktifan itu menunjukan dalam jiwa siswa itu ada proses.
c. Kegiatan belajar mengajar itu harus ada bahan yang diragakan sehingga dapat dilihat oleh siswa,
d. Memperhatikan kemampuan peserta didik.
e. Korelasi dan konksentrasi,
f. Praktis dan efesien
4. Bahan pengajaran
a. Bahan pembelajaran harus memenuhi tujuan umum pemdidikan dan tujuan sekolah. Di Negara manapun sekolah adalah tempat pendidikan, yaitu memberikan pendidikan keseluruhan, yang meliputi pendidikan jasmani, rohani, pendidikan perorangan serta kemasyarakatan.
b. Bahan pengajaran harus sesuai dengan tingkat sekolah, perkembangan jiwa serta jasmani murid pada umumnya. Maksudnya guru memperhatikan apakah masih tingkat pemula atau menengah atau sudah tingkat tinggi.
c. Bahan pembelajaran pokok Matematika
1. Materi Matematika
A.. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.
B. Tujuan
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
C. Ruang Lingkup
Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SMP/MTs meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Bilangan
2. Aljabar
3. Geometri dan Pengukuran
4. Statistika dan Peluang.
6. Proses Belajar Mengajar.
Proses belajar mengajar adalah rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar ada beberapa hal yang perlu diperhatian supaya kegiatan itu berjalan dengan maksimal. antara lain ialah:
a. Prinsip proses belajar mengajar.
b. Pengelolaan Proses Belara Mengajar.
1). Pengorganisasian kelas.
2). Metode belajar mengajar.
3). Sarana dan sumber belajar.
a) sarana belajar,
b). Sumber belajar,
4) Teknik Evaluasi.
a. Pengertian evaluasi.
b. Tujuan Evaluasi.
c. Jenis dan fungsi evaluasi.
d. Penggunaan data evaluasi.
e. Cara dan Tehnik Penilaian.
f. Tahapan Evaluasi Hasil Belajar.
1). Tahap perencanaan evaluasi.
2). Pelaksanaan evaluasi.
3). Analisis evaluasi.
4). Pelaporan hasil evaluasi.
g. Obyek evaluasi.
Menurut Tyler, obyek evaluasi itu terdiri dari beragam aspek kepribadian yaitu:
1). Aspek befikir, termasuk diantaranya : inteligensi, ingatan, cara menginterpretasi data, pemikiran logis dan sebagainya.
2). Aspek perasaan social, termasuk diantaranya: cara bergaul, cara pemecahan nilai social dan sebagainya.
3). Aspek keyakinan social dan kewarganegaraan menyangkut pandangan hidup terhadap masalah social, politik dan ekonomi.
4). Apresiasi seni dan budaya.
5). Minat, bakat dan hobbi.
6). Perkembangan social dan personal.
KAJIAN MATEMATIKA : PEMANFAATAN MONOGRAFI DAN BATANG NAFIER
“Pembelajaran haruslah mudah dan menyenangkan bagi anak“; sebuah paradigma baru yang tidak bisa kita pungkiri realitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak anak akan bekerja secara optimal jika suasana menyenangkan, sehingga pelajaran menjadi mudah dan menyenangkan bagi anak (Tim Triner KPI, 2005).
Siswa dapat menyenangi dan mencintai bila sesuatu itu menyenangkan. Matematika dapat disenangi apabila pelajaran tersebut dapat diikuti tanpa harus memeras otak atau dapat dikerjakan secara serius tapi santai, serta merupakan sesuatu yang menarik dan mudah. Hal inilah yang harus dicarikan alternatif, aktivitas, metode, dan variasi yang lain yang menyenangkan sehingga dapat memotivasi anak untuk belajar.
Materi ilmu berhitung atau dikenal dengan nama aritmatika telah dikenal dan diperoleh oleh siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat menengah bahkan sampai pada tingkat sekolah lanjutan. Tetapi pada kenyataannya masih terdapat siswa yang lemah dalam materi hitung menghitung, padahal operasi bilangan bulat seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian tersebut sangat membantu mata pelajaran lainnya.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis dengan memberikan soal-soal perkalian bilangan bulat pada siswa kelas VII ternyata setelah dilakukan pengamatan dari hasil pekerjaan siswa ditemukan beberapa masalah antara lain: (1) dari 15 soal yang harus diselesaikan oleh siswa, ternyata sebanyak 40% siswa belum bisa menyelesaikan soal yang diberikan dengan tepat dan sempurna dan (2) siswa mengerjakan soal penjumlahan, pengurangan, dan perkalian dengan cara konvensional sehingga memakan waktu yang sangat lama.Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, maka penulis mencoba menggunakan alat bantu/alat peraga monograf dan batang Napier sebagai salah satu variasi pembelajaran penjumlalan, pengurangan, dan perkalian bilangan bulat. Dengan menggunakan alat bantu ini diharapkan dapat menarik minat siswa dan dapat membantu kesulitan siswa dalam mempelajari penjumlahan, pengurangan, dan perkalian bilangan bulat, sehingga siswa lebih mudah dan lebih terampil dalam berhitung tanpa menggunakan kalkulator.
Monograf dan batang Napier pertama kali ditemukan oleh seorang bangsawan dari Skotlandia yang bernama John Napier (1550 – 1617). Cara kerja monograf cukup melihat alat peraga yang tersedia tanpa menghitung. Cara kerja batang Napier sangat sederhana yaitu dengan menerjemahkan persoalan perkalian menjadi persoalan penjumlahan. Adapun cara kerja monograf dan batang Napier dapat dilihat pada ilustrasi gambar 1.
.
.
Cara menggunakan monograf cukup menarik. Buat garis lurus yang melewati garis bilangan a, b, dan c dan siswa bisa menghitung bilangan bulat dengan tepat. Aturan pemakaiannya adalah: (1) a + b = c, (2) c – a = b, dan (3) c – b = a.
Sebagai contoh, jika a = 3, b = -5, maka untuk mencari hasil a + b maka siswa hanya perlu menarik garis lurus dari garis bilangan a di titik 3 dan garis bilangan b di titik -5. hasilnya dapat dilihat pada garis bilangan c di titik -2.
Untuk menggunakan batang Napier, ada beberapa hal yang perlu dicermati terlebih dahulu sebelum melakukan proses perkalian. Seperti contoh: 36 × 45. Bilangan 36 berarti diperlukan pita horisontal yang memuat angka 3 dan 6. Sedangkan bilangan 45 memerlukan pita vertikal yang memuat angka 4 dan 5. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.
.
.
.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kedokanbunder pada kelas VII semester ganjil tahun pelajaran 2006/2007 yang terdiri dari 3 kelas dengan jumlah 120 orang siswa. Penelitian diadakan pada Agustus dan September 2006.
Penelitian ini dilaksanakan menurut langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, tahap persiapan. Tahap ini terdiri atas : (1) melapor dan meminta izin kepada kepala sekolah, (2) mengadakan observasi terhadap siswa dengan memberikan soal-soal penjumlahan, pengurangan, dan perkalian bilangan bulat, (3) mengidentifikasi masalah dari hasil observasi dan menyusun rencana tindakan, (4) menyiapkan fasilitas yang dibutuhkan, dan (5) menyusun instrumen evaluasi.
Kedua, tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan ini dibagi atas 2 siklus. Siklus pertama terdiri atas kegiatan: (1) melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan tindakan tentang penggunaan monograf dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, (2) memantau/membimbing proses pembelajaran, (3) memberikan soal penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, (4) mengevaluasi pelaksanaan tindakan, dan (5) jika siklus awal belum maksimum hasilnya, maka dilanjutkan dengan siklus kedua. Sedangkan siklus kedua meliputi beberapa kegiatan, diantaranya: (1) melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan tindakan tentang penggunaan batang Napier dalam perkalian bilangan bulat, (2) membimbing proses pembelajaran, (3) memberikan soal perkalian bilangan bulat, dan (4) mengevaluasi pelaksanaan tindakan. Tahapan penelitian diakhiri dengan penyusunan laporan.
Teknik pengumpulan data dalam tindakan adalah dengan menggunakan angket dan tes. Pada angket tindakan ini disediakan lima alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Biasa (B), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Sedangkan kriteria perolehan skor dari kuesioner dapat dilihat pada tabel 1.
.
.
Tes yang diberikan dalam tindakan ini adalah tes tertulis berupa soal menyelesaikan perkalian bilangan bulat dengan menggunakan monograf dan batang Napier. Tes digunakan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menggunakan monograf dan batang Napier pada akhir tindakan setiap siklus.
.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL
Siklus 1 dilaksanakan dengan menitikberatkan pada pembelajaran menggunakan monograf. Kegiatan pembelajaran menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan monograf ini dilakukan terhadap 3 kelas yang berjumlah 120 siswa.
Pada siklus ini, setelah dilakukan tindakan, diadakan tes untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan monograf. Hasil yang diperoleh dari tes yang dilakukan terhadap 3 kelas dapat dilihat pada tabel 2.
.
.
Pada pelaksanaan siklus ini, penulis dibantu oleh guru mitra yang bertugas mengadakan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa (1) aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah tepat sehingga siswa termotivasi dalam kegiatan pembelajaran, (2) pelaksanaan tindakan sudah sesuai rancangan, dan (3) respon dari siswa baik sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Sedangkan dari hasil tes siswa dalam menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat ditemukan masalah yaitu ada beberapa soal yang belum dapat diselesaikan oleh siswa. Hal ini dikarenakan siswa mengalami kesulitan dalam menggunakan monograf terutama untuk pengurangan. Kesulitan lain adalah masih terdapat pekerjaan siswa yang kurang tepat karena tidak teliti dalam melihat tanda positif atau negatif. Dan untuk mengatasi kesulitan ini dilakukan siklus kedua.
Pada siklus kedua, penulis melaksanakan pembelajaran untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pada siklus awal, yaitu dengan menggunakan Batang Napier untuk perkalian. Dasar perkalian diambil dari kolom-kolom pada batang Napier. Sebelumnya siswa diperintahkan untuk mengamati kolom pada batang Napier, kemudian disimpulkan pola perkalian yang terdapat pada kolom-kolom tersebut.
Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman dan keterampilan siswa terhadap perkalian bilangan bulat dengan menggunakan batang Napier, siswa diberikan tes. Hasil dari tes pada siklus kedua ini dapat dilihat pada tabel 3.
.
.
Sedangkan hasil kuesioner yang diberikan kepada siswa di dapat hasil pada tabel 4.
.
.
Dari hasil tes pada siklus awal yang dilakukan terhadap 3 kelas dapat dikemukakan bahwa nilai ratarata dari masing-masing kelas sudah cukup baik atau dapat dikatakan siswa telah terampil menggunakan monograf untuk menyelesaikan soal-soal penjumlahan, pengurangan, dan perkalian bilangan bulat.
Untuk membantu kesulitan siswa, digunakan cara perkalian bilangan bulat dengan menggunakan batang Napier dan diakhiri dengan tes akhir. Dari tes ini diperoleh informasi bahwa nilai yang diperoleh siswa sangat memuaskan. Nilai ratarata siswa mencapai 84. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah semakin terampil dalam menghitung soal penjumlahan, pengurangan, dan perkalian bilangan bulat dengan menggunakan monograf dan batang Napier.
Sedangkan dilihat dari hasil kuesioner dapat dikemukakan bahwa: (1) banyak siswa yang termasuk dalam kriteria sangat berminat berjumlah 72 siswa atau sebesar 60%, (2) banyak siswa yang termasuk dalam kriteria berminat berjumlah 31 siswa atau sebesar 25,83%, dan (3) banyak siswa yang termasuk dalam kriteria cukupberminat berjumlah 17 siswa atau sebesar 14.17%. Dari hasil kuesioner tersebut tidak ditemui siswa yang masuk dalam kategori tidak berminat dan sangat tidak berminat.
Dengan membandingkan persentase hasil kuesioner siswa tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa siswa sangat berminat dan termotivasi dalam belajar perkalian bilangan bulat dengan menggunakan monograf dan batang Napier. Hal ini disebabkan karena siswa merasa senang dapat belajar sambil bermain sehingga siswa tidak merasa bosan selama pembelajaran. Selain itu, siswa juga merasa senang karena mengenal cara lain dalam menyelesaikan soal perkalian bilangan bulat selain dengan cara yang selama ini mereka dapatkan.
.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa monograf dan batang Napier dapat dijadikan sebagai salah satu variasi dalam pembelajaran penjumlahan, pengurangan, dan perkalian bilangan bulat sehingga siswa mengenal cara lain dalam menyelesaikan soal bilangan bulat selain cara konvensional. Selain itu, berdasarkan hasil kuesioner dapat dikatakan bahwa penggunaan monograf dan batang Napier dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal- soal bilangan bulat.
.
SARAN
Dari penelitian ini penulis mengharapkan beberapa hal, antara lain: (1) bagi rekan guru matematika khususnya, penulis mengharapkan dapat mempopulerkan monograf dan batang Napier ini sebagai salah satu variasi dalam pembelajaran penjumlahan, pengurangan, dan perkalian bilangan bulat pada tingkat sekolah dasar maupun tingkat menengah serta (2) guru senantiasa kreatif dalam mencari dan menemukan variasivariasi menarik lainnya agar siswa selalu termotivasi dalam belajar matematika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar