Selasa, 31 Agustus 2010

ptk aslah

Berikut ini adalah versi HTML dari berkas http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/D%20-%20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20KIMIA/197111201998021%20-%20WAWAN%20WAHYU/&file=MAKALAH%20PTK%20SANTA%20ANGELA.pdf.
G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web.
Page 1
1
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh : Drs.Wawan Wahyu, M.Pd
Staf Pengajar di Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Email: wawan_wahyu@upi.edu
Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa langkah yang hendaknya diikuti dalam melakukan penelitian
tindakan (Cohen & Manion, 1908; Taba & Noel, 1982; Winter, 1989). Langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi dan merumuskan masalah; (2)
menganalisis masalah; (3) merumuskan hipotesis tindakan; (4) membuat rencana
tindakan dan pemantauannya; (5) melaksanakan tindakan dan mengamatinya; (6)
mengolah dan menafsirkan data; dan (7) melaporkan.
Secara alami, langkah-langkah itu biasanya tidak terjadi dalam alur yang lurus tapi
bersiklus. Apabila terjadi perubahan masalah pada waktu dilakukan analisis masalah,
maka diperlukan identifikasi masalah yang baru. Data diperlukan untuk memfokuskan
masalahnya dengan mengidentifikasi faktor penyebab, dalam menentukan hipotesis
tindakan, dalam evaluasi dsb. Dalam makalah ini hanya dikemukakan 3 langkah di atas,
yakni (1) identifikasi dan perumusan masalah; (2) analisis masalah; dan (3) perumusan
hipotesis tindakan. Untuk langkah-langkah selanjutnya, bisa dikembangkan dalam
kelompoknya masing-masing.
1. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Seperti telah disinggung di muka, PTK Anda dilakukan untuk mengubah perilaku Anda
sendiri, perilaku sejawat dan para siswa Anda, atau mengubah kerangka kerja, proses
pembelajaran, yang pada gilirannya menghasilkan perubahan pada perilaku Anda dan
sejawat serta para siswa Anda. Singkatnya, PTK Anda lakukan untuk meningkatkan
kualitas dalam kegiatan pembelajaran Anda. Contoh-contoh bidang garapan PTK:
1) metode mengajar, mungkin mengganti metode tradisional dengan metode inovasi;
2) strategi belajar, misalnya penggunaan strategi pembelajaran terpadu pada
pembelajaran daripada hanya mengembangkan satu strategi mengajar;
3) prosedur evaluasi, misalnya meningkatkan metode dalam penilaian kontinyu/otentik;
4) penanaman atau perubahan sikap dan nilai, mungkin mendorong timbulnya sikap
yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan;
________________________________________
Page 2
2
5) pengembangan profesionalitas guru misalnya meningkatkan keterampilan mengajar,
mengembangkan metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau
meningkatkan kesadaran diri;
6) pengelolaan dan kontrol, pengenalan bertahap pada teknik modifikasi perilaku; dan
7) administrasi, menambah efisiensi aspek tertentu dari administrasi sekolah (Cohen &
Manion, 1980: 181).
a. Identifikasi masalah
Seperti dalam jenis penelitian lain, langkah pertama dalam penelitian tindakan
adalah mengidentifikasi masalah. Langkah ini merupakan langkah yang menentukan.
Masalah yang akan diteliti harus dirasakan dan diidentifikasi oleh peneliti sendiri
bersama kolaborator meskipun dapat dengan bantuan seorang fasilitator supaya mereka
betul-betul terlibat dalam proses penelitiannya. Masalahnya dapat berupa kekurangan
yang dirasakan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, etos kerja, kelancaran
komunikasi, kreativitas, dsb. Pada dasarnya, masalahnya berupa kesenjangan antara
kenyataan dan keadaan yang diinginkan.
Masalahnya hendaknya bersifat tematik seperti telah disebutkan di atas dan dapat
diidentifikasi dengan pertolongan tabel dua arah model Aristoteles. Misalnya dalam
bidang pendidikan, ada empat sel lajur dan kolom, sehubungan dengan anggapan bahwa
ada empat komponen pokok yang ada di dalamnya (Schab, 1969) yaitu: guru, siswa,
bidang studi, dan lingkungan. Semua komponen tersebut berinteraksi dalam proses
belajar-mengajar, dan oleh karena itu dalam usaha memahami komponen tertentu peneliti
perlu memikirkan bubungan di antara komponen-komponen tersebut.
Berikut adalah beberapa kriteria dalam penentuan masalah: (a) Masalah harus
penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus signifikan dilihat dari segi
pengembangan lembaga atau program; (b) Masalahnya hendaknya dalam jangkauan
penanganan. Jangan sampai memilih masalah yang memerlukan komitmen terlalu besar
dari pihak para penelitinya dan waktunya terlalu lama; (c) Pernyataan masalahnya harus
mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga
pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental ini daripada berdasarkan
fenomena dangkal.
Berikut ini beberapa contoh masalah yang diidentifikasi sebagai fokus penelitian
tindakan: (1) rendahnya kemampuan mengajukan pertanyaan kritis di kalangan siswa; (2)
rendahnya ketaatan staf pada perintah atasan; (3) rendahnya keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran kimia; (4) rendahnya kualitas pengelolaan interaksi guru-siswa-
siswa; (5) rendahnya kualitas pembelajaran kimia ditinjau dari tujuan mengembangkan
keterampilan proses dalam bidang tersebut; dan (6) rendahnya kemandirian belajar siswa
di suatu sekolah dasar.
________________________________________
Page 3
3
Masalah hendaknya diidentifikasi melalui proses refleksi dan evaluasi, yang dalam
model Kemmis dan Taggart disebut reconnaissance, terhadap data pengamatan awal.
Masalah rendahnya kualitas pembelajaran IPA ditinjau dari tujuan mengembangkan
keterampilan proses dalam bidang tersebut (lihat nomor 5 di atas) diidentifikasi
berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPA di kelas. Sebagai
contoh, cuplikan proses pembelajaran bermasalah tersebut disajikan dalam Gambar 1 di
bawah ini.
Ketika seorang guru bernama Bu Gebi masuk kelas suatu SD, pada jam 7 pagi, 5 Agustus 2008, hampir
seluruh siswa dalam kelas itu sangat ribut. Beberapa mondar-mandir di depan kelas, beberapa berkelakar, dan
yang lain bercakap-cakap satu sama lainnya. Sadar gurunya sudah datang mereka terdiam dan mencari meja
masing-masing. Mereka lalu duduk manis, tangan di meja, dengan tangan kanan menumpangi tangan kiri. Guru
memberi salam, “Selamat Pagi, Anak-anak...!.” Siswa menjawab, “Selamat Pagi , Bu....! Lalu guru bertanya
“Siapa saja yang tidak hadir hari ini?” Tidak ada yang menjawab. Lalu dia mengulangi pertanyaan, “Ada yang tidak
masuk?” Mereka saling berpandangan sebentar. “Tidak ada, Bu,” kata Wawan, ketua kelasnya. “Bagus. Hari ini
kalian akan belajar Wujud Materi. Kalian sudah siap?” “Sudah, Bu,” jawab siswa serentak.
Sementara para siswa menyiapkan buku dan alat tulis mereka, guru menulis 15 nama benda atau bahan
dari materi dalam kehidupan sehari-hari di papan tulis, berderet ke bawah. Setelah selesai, dia memberi aba-aba
agar anak-anak menuliskan wujudnya dan berkeliling kelas melihat-lihat apakah para siswanya menulisnya dengan
benar wujudnya. Kadang dia berhenti untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan.
Setelah para siswa selesai menuliskan ke-15 wujud benda atau bahan tersebut, dia meminta anak-anak
melihat papan tulis. “Siapa yang tahu wujud dari benda atau bahan-bahan ini?” Wawan acungkan tangan.
“Bagaimana yang lain?” Tidak ada yang menanggapi. “Baiklah. Apa yang kamu ketahui, Wawan?” “Saya tahu dua
saja, Bu. Air berwujud cair dan batu berwujud padat “Coba kamu tulis wujud asam jawa dan formalin,” pinta
gurunya. “Cair, Bu, jawab siswa. Untuk asam jawa, mengapa cair? Sejenak anak-anak terdiam. Lalu guru bertanya
lagi terhadap salah seorang siswanya, “Coba Titin, asam jawa berwujud apa?” Menurut saya berwujud cair , karena
biasa saya minum , Bu.” Guru menjawab,” Ya, tapi yang kamu minum larutannya, kalau asam jawanya berwujud
padat. Untuk itu, marilah kita pelajari tentang wujud materi ini untuk beberapa bahan lainnya agar kalian dapat
mengenalinya”.
Selanjutnya, guru memaparkan tentang wujud materi dan contoh-contoh lainnya. Seluruh siswa hanya
mendengarkan penjelasan guru dan mencatatnya. Setelah selesai mencatat, Bu Gebi memberi aba-aba agar anak
menghapus papan tulis dan menutup buku catatan, lalu anak-anak disuruh mengeluarkan kertas selembar dan
seluruh siswa diminta menuliskan menuliskan masing-masing 5 contoh bahan yang berwujud padat, cair, dan gas.
Karena waktu sudah habis, guru memberi PR dengan meminta setiap anak untuk menuliskan wujud dari
bahan-bahan lainnya yang tidak ada dalam catatan. Terakhir guru memberi salam perpisahan dengan
mengucapkan, “Selamat pagi, Anak-anak,” dan dijawab oleh sebagian siswa.
Gambar 1. Vignette Kegiatan Pembelajaran IPA
Seperti dapat dilihat dalam Gambar 3.1, guru telah melibatkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Akan tetapi kegiatannya terbatas pada belajar penerimaan yang cenderung
hafalan semata. Tampak bahwa siswa terlibat aktif, tetapi ditinjau dari sudut pandang
pembelajaran yang mencerminkan hakikat IPA, proses pembelajaran tersebut belum baik
karena belum melibatkan siswa dalam kegiatan yang menekankan belajar penemuan.
Secara teoritis, belajar penemuan lebih bertahan lama daripada belajar penerimaan.
Data awal tersedia dalam beberapa vignette yang dicermati bersama oleh peneliti
dan kolaboratornya dalam suasana terbuka di mana setiap peserta penelitian mendapatkan
________________________________________
Page 4
4
hak berbicara sehingga terjadi dialog profesional yang menekankan azas kolegalitas.
Tentu saja masalah yang ditemukan tidak mungkin hanya satu; biasanya ada sederet
masalah. Maka, peneliti bersama kolaboratornya perlu membatasi masalah, atau
menentukan fokus penelitian. Dalam kasus pembelajaran kimia di atas, kualitas
pembelajaran di kelas dianggap sebagai masalah yang perlu segera dipecahkan agar hasil
pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai, yaitu keterampilan proses selama kegiatan
pembelajaran IPA. Setelah ditentukan, masalah perlu dirumuskan.
b. Perumusan masalah
Seperti telah disebutkan di atas, masalah penelitian tindakan yang merupakan
kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan hendaknya
dideskripsikan untuk dapat merumuskannya. Pada intinya, rumusan masalah harus
mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan.
Contoh-contoh masalah di atas akan diberikan contoh rumusannya dalam Tabel 1 di
bawah.
Seperti dapat dilihat pada Tabel 1, dalam rumusan ada deskripsi tentang keadaan
nyata dan deskripsi tentang keadaan yang diinginkan dan kesenjangan antara dua keadaan
tersebut merupakan masalah yang harus diselesaikan dengan menutupnya melalui
tindakan yang sesuai. Bagaimana cara menutupnya? Karena penelitian tindakan
merupakan kegiatan akademik dan profesional, seorang peneliti perlu mencari wawasan
teoretis dari pustaka yang relevan untuk dapat menentukan cara-cara yang akan
digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitiannya. Pustaka yang ditinjau hendaknya
mencakup teori-teori dan hasil penelitian yang relevan. Satu hal yang perlu diingat
adalah bahwa teori dalam penelitian tindakan bukan untuk diuji, melainkan untuk
menuntun peneliti dalam membuat keputusan-keputusan selama proses penelitian
berlangsung. Wawasan teoretis sangat mendukung proses analisis masalah.
Pada akhir tinjauan pustaka, peneliti tindakan dapat mengajukan hipotesis
tindakan atau pertanyaan penelitian.
2. Analisis Masalah
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui demensi-dimensi masalah
yang mungkin ada untuk mengidentifikasikan aspek-aspek pentingnya dan untuk
memberikan penekanan yang memadai.
Analisis masalah melibatkan beberapa jenis kegiatan, bergantung pada kesulitan
yang ditunjukkan dalam pertanyaan masalahnya; analisis sebab dan akibat tentang
kesulitan yang dihadapi, pemeriksaan asumsi yang dibuat kajian terhadap data penelitian
yang tersedia, atau mengamankan data pendahuluan untuk mengklarifikasi persoalan atau
________________________________________
Page 5
5
untuk mengubah perspektif orang-orang yang terlibat dalam penelitian tentang
masalahnya. Kegiatan-kegiatan ini dapat dilakukan melalui diskusi di antara para peserta
penelitian dan fasilitatornya, juga kajian pustaka yang relevan.
Tabel 1. Contoh Masalah dan Perumusannya
No.
Masalah
Perumusan Masalah
1. Rendahnya kemampuan
mengajukan pertanyaan kritis di
kalangan siswa
Siswa yang telah mampu mengajukan pertanyaan yang kritis, tetapi
dalam kenyataannya petanyaan mereka lebih bersifat klarifikasi
2. Rendahnya ketaatan staf pada
perintah atasan
Staf di kantor ini mestinya melakukan apa yang diperintahkan atasannya,
tetapi dalam kenyataanya mereka sering sekali melakukan hal-hal yang
tidak diperintahkan
3. Rendahnya keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran IPA
Siswa yang belajar IPA mestinya terlibat secara aktif dalam kegiatan
yang menyenangkan, tetapi dalam kenyataan mereka sangat pasif.
4. Rendahnya kualitas pengelolaan
interaksi guru-siswa-siswa
Pengelolan interaksi guru-siswa-siswa mestinya memungkinkan setiap
siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran, tetapi dalam
kenyataan interaksi hanya terjadi antara guru dengan beberapa siswa.
5. Rendahnya kualitas proses
pembelajaran IPA ditinjau dari
tujuan mengembangkan
keterampilan proses dalam bidang
tersebut
Proses pembelajaran IPA mestinya memberi kesempatan kepada siswa
untuk belajar mengembangkan keterampilan proses, tetapi dalam
kenyataannya kegiatan pembelajaran terbatas pada belajar hafalan
semata.
6. Rendahnya kemandirian belajar
siswa di suatu sekolah dasar.
Kemandirian belajar siswa SD mestinya telah berkembang jika kegiatan
pembelajarannya student-centered, tetapi dalam kenyataannya dominasi
peran guru telah menghambat perkembangan siswanya.
Untuk mempertajam hasil analisis, peneliti dapat berusaha menjawab sebagian
pertanyaan di bawah ini yang dianggap relevan dengan permasalahannya (Kemmis &
McTaggart, 1988):
a. Apa hubungan antara individu dan kelompok dalam situasi ini?
b. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara jati diri individual dan
kinerjanya?
c. Bagaimana situasi ini menunjukkan kerja hubungan antara nilai-nilai orang dan
kepentingan diri mereka?
d. Sejauh mana situasi ini dibentuk oleh kondisi obyektif, dan sejauh mana situasi
dibentuk oleh kondisi subyektif (harapan, cara memahami dunia) orang-orang yang
terlibat.
e. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang kekuatan, khususnya hubungan antara
kendali dan perlawanan?
f.
Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara pertentangan dan
perlembagaan?
g.
Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara agen manusia
(kapasitas kemauan manusia) dan struktur sosial (kerangka kerja sosial) yang
membentuk dan membatasi kapasitas untuk melaksanakan kemauan?
________________________________________
Page 6
6
h. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara teori dan praktek?
i.
Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara proses dan produk?
j.
Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara pendidikan dan
masyarakat?
k. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara reproduksi dan
transformasi?
l.
Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara stabilitas (atau
kesinambungan sejarah) dan perubahan (atau keputusan sejarah)?
m. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara keadaan dan
konsekuensi, atau tentang hubungan antara tujuan dan pencapaian?
Tentu saja peneliti mungkin dapat menjawab semua pertanyaan di atas atau
menjawab semua pertanyaan secara menyeluruh. Namun daftar pertanyaan ini dapat
membantu peneliti dalam memahami situasi yang ada bersama gejala-gejala yang perlu
diteliti.
Pertanyaan-pertanyaan di atas mungkin akan membuat peneliti merasa miskin
pengetahuan tentang situasi yang akan diteliti sehingga mampu melihat kekurangan pada
dirinya. Kemampuan untuk melihat kekurangan yang ada pada dirinya adalah salah satu
persyaratan bagi keberhasilan penelitian tindakan itu sendiri. Bandingkan kutipan semua
pertanyaan di atas dengan komentar yang terkenal dari Isaac Newton seperti dikutip di
bawah ini.
I don’t know what I may appear to the world, but to myself I seem to have
been only a boy playing on the sea-shore, and diverting myself in now and
again finding a smother pebble or the prettier shell than ordinary, whilst the
great ocean of truth lay all undiscovered before me. (Kemmis & McTagart,
1988: 99)
(Saya tidak tahu bagaimana saya ini tampak di dunia, tetapi saya sendiri
merasa hanyalah seorang bocah laki-laki yang bermain di pantai, dan lari
mondar-mandir ke segala arah dari waktu ke waktu untuk menemukan batu
kecil yang lebih halus atau kerang yang lebih cantik dari biasanya, sementara
samudera kebenaran terbentang di depanku penuh rahasia).
3. Perumusan Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan,
melainkan hipotesis tindakan. Idealnya hipotesis penelitian tindakan mendekati keketatan
penelitian formal. Namun situasi lapangan yang senantiasa berubah membuatnya sulit
untuk memenuhi tuntutan itu.
Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk
menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Untuk sampai pada pemilihan tindakan yang
dianggap tepat, peneliti dapat mulai dengan menimbang prosedur-prosedur yang mungkin
________________________________________
Page 7
7
dapat dilaksanakan agar perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai menemukan
prosedur tindakan yang dianggap tepat. Dalam menimbang-nimbang berbagai prosedur
ini sebaiknya peneliti mencari masukan dari sejawat atau orang-orang yang peduli
lainnya dan mencari ilham dari teori/hasil penelitian yang telah ditinjau seblumnya
sehingga rumusan hipotesis akan lebih tepat..
Contoh hipotesis tindakan akan diberikan di sini. Situasinya adalah kelas yang
siswa-siswanya sangat lamban dalam memahami suatu konsep. Berdasarkan analisis
masalahnya peneliti menyimpulkan bahwa siswa-siswa tersebut memiliki kesalahan
persepsi, misal karena asam jawa biasa ada dalam minuman, maka asam jawa disebut
berwujud cair. Oleh karena itu, ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks perlu
ditingkatkan. Maka hipotesis tindakannya sebagai berikut: “Bila miskonsepsi siswa
diperbaiki melalui teknik-teknik perbaikan yang tepat dan ‘kesiapan pengalaman’ untuk
memahami konsep lambang unsur, maka para siswa akan tidak akan mengalami
miskonsepsi.” Apabila setelah dilaksanakan tindakan yang direncanakan dan telah
diamati, hipotesis tindakan ini ternyata meleset dalam arti pengaruh tindakannya belum
seperti yang diinginkan, peneliti harus merumuskan hipotesis tindakan yang baru untuk
putaran penelitian tindakan berikutnya. Dengan demikian, dalam suatu putaran spiral
penelitian tindakan, peneliti merumuskan hipotesis, dan pada putaran berikutnya
merumuskan hipotesis yang lain, dan putaran berikutnya lagi merumuskan hipotesis yang
lain lagi ... begitu seterusnya, sehingga pelaksanaan tugas terus meningkat kualitasnya.
Untuk masalah-masalah yang dicontohkan di atas, diberikan contoh rumusan
hipotesis tindakannya dalam Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Masalah, Rumusan Masalah dan Hipotesis Tindakan
No
Masalah
Rumusan
Hipotesis Tindakan
1. Rendahnya
kemampuan
mengajukan
pertanyaan kritis di
kalangan siswa
Siswa mestinya telah mampu
mengajukan pertanyaan yang kritis,
tetapi dalam kenyataannya petanyaan
mereka lebih bersifat klarifikasi
Jika tingkat kekritisan pertanyaan
siswa dijadikan penilaian kualitas
partisipasi mereka setelah diberi
contoh dengan pembahasannya,
kemampuan mengajukan
pertanyaan kritis mereka akan
meningkat.
2. Rendahnya ketaatan
staf pada perintah
atasan
Staf di kantor ini mestinya melakukan
apa yang diperintahkan atasannya,
tetapi dalam kenyataanya mereka sering
sekali melakukan hal-hal yang tidak
diperintahkan
Jika diterapkan sanksi terhadap
ketidaktaatan terhadap perintah
atasan setelah dibahasa akibat
buruknya, ketaatan staf terhadap
perintah atasan akan meningkat.
________________________________________
Page 8
8
3. Rendahnya
keterlibatan siswa
dalam proses
pembelajaran IPA
dan rendahnya
motivasi belajar
mereka
Siswa yang belajar IPA mestinya
terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan
sehingga motivasi belajarnya tinggi,
tetapi dalam kenyataan mereka kurang
sekali terlibat sehingga motivasi
mereka rendah.
Dengan kegiatan yang
menyenangkan di mana mereka
tertarik dengan belajar IPA,
keterlibatan siswa dalam kegiatan
belajar akan meningkat, dan
begitu juga motivasi belajar
mereka.
4. Rendahnya kualitas
pembelajaran IPA
ditinjau dari tujuan
mengembangkan
keterampilan proses
dalam bidang tersebut
Kualitas pembelajaran IPA mestinya
tinggi jika kegiatannya terfokus untuk
mengembangkan keterampilan proses,
tetapi dalam kenyataannya fokus terlalu
berat pada kegiatan belajar penerimaan.
Jika kegiatan pembelajaran
difokuskan pada pengembangan
keterampilan proses, kualitas
pembelajaran akan meningkat.
5. Rendahnya
kemandirian belajar
siswa di suatu
sekolah dasar
Kemandirian belajar siswa SD mestinya
telah berkembang jika kegiatan
pembelajarannya student-centered
mendukungnya, tetapi dalam
kenyataannya dominasi peran guru
telah menghambat perkembangannya
Jika kegiatan pembelajaran
diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan masing-
masing siswa, kemandirian belajar
siswa akan meningkat.
Untuk melengkapi contoh hipotesis tindakan, berikut disajikan hipotesis tindakan
suatu proyek penelitian tindakan yang dilaporkan oleh Elliott (1988) seperti disajikan di
bawah.
a. Guru tidak mungkin bergeser dari situasi formal kalau mereka menggunakan
pendekatan terstruktur jangka pendek
Yang dimaksud dengan pendekatan terstruktur jangka pendek adalah pendekatan
untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan dalam waktu yang singkat.
Penggunaan terstruktur jangka pendek cenderung menceburkan guru ke dalam salah
satu dari dua dilema yang mungkin timbul. Pertama, ada kemungkinan bahwa siswa
menggunakan alur penalaran yang berbeda dengan alur penalaran yang diinginkan
oleh guru. Katakan misalnya, guru telah menentukan waktu yang digunakan untuk
mencapai tujuan. Karena ada perbedaan alur penalaran antara dia dan siswanya, dia
terpaksa mencapai tujuan itu dalam waktu yang lebih lama, atau dia harus
mengendalikan penalaran siswa agar sama dengan alur penalarannya. Jika cara kedua
yang dipilih, ketergantungan intelektual siswa pada posisi orang yang berwenang
pasti bertambah. Kedua, siswa mungkin sama sekali tidak dapat melakukan banyak
penalaran. Lagi-lagi, agar mencapai tujuan dalam waktu yang ditentukan guru
mungkin membimbing siswa ke arah tujuan itu dengan memberinya terlalu banyak
petunjuk. Dalam situasi seperti itu kemungkinan besar siswa banyak menebak ke arah
mana jawaban yang diinginkan oleh guru karena mereka tidak ingin terlalu
________________________________________
Page 9
9
menyimpang dari jawaban yang diinginkan oleh guru. Dengan demikian, siswa mulai
kehilangan kemerdekaan penalarannya. Dengan kata lain, ketergantungan siswa
kepada guru meningkat.
b. Untuk menghilangkan tebak-menebak dan bergeser dari situasi formal ke situasi
informal, guru mungkin harus menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal berikut:
1) Mengubah topik
Guru mengubah topik yang sedang dibicarakan mungkin menghambat siswa
dalam mengungkapkan dan mengembangkan gagasan-gagasannya sendiri karena
siswa cenderung menafsirkan perubahan tersebut sebagai usaha untuk mendapatkan
kesesuaian dengan alur penalaran tertentu.
2) Penguatan positif
Ungkapan tanggapan positif yang terlalu mantap, seperti ‘bagus’, ‘menarik’, dan
‘betul’ sebagai tanggapan terhadap gagasan tertentu yang diungkapkan siswa dapat
menghalangi pengungkapan dan pembahasan gagasan-gagasan yang lain karena siswa
cenderung menafsirkan penguatan tersebut sebagai usaha untuk mengesahkan
pengembangan gagasan tertentu saja, dan menutup kemungkinan pengembangan
gagasan-gagasan yang lain.
3) Pengajuan pertanyaan kritis secara selektif
Guru yang mengajukan pertanyaan yang kritis kepada siswa-siswa tertentu saja
dan bukan kepada siswa-siswa lainnya mungkin menghalangi kelompok siswa
pertama untuk mengembangkan gagasan-gagasannya karena pertanyaan demikian
cenderung ditafsirkan sebagai evaluasi negatif terhadap gagasan-gagasan yang
diungkapkan.
4) Pertanyaan dan pernyataan yang mengarah
Pertanyaan dan pernyataan yang mengandung informasi tentang jawaban yang
diinginkan guru mungkin menghalangi siswa untuk mengembangkan gagasan-
gagasan sendiri karena mereka cenderung menafsirkan tindakan demikian sebagai
usaha menghambat atau membatasi arah pemikiran mereka.
5) Mengundang kesepakatan bulat
Guru menanggapi gagasan-gagasan siswa dengan pertanyaan seperti ‘Apakah
kalian semua setuju?’ atau ‘Apakah ada yang tidak setuju?’ cenderung menghalangi
pengungkapan keragaman pikiran atau pendapat.
________________________________________
Page 10
10
6) Urutan pertanyaan/jawaban
Guru yang selalu mengajukan pertanyaan setelah mendengar jawaban siswa
terhadap pertanyaan sebelumnya mungkin menghalangi siswa untuk mengemukakan
gagasan-gagasan mereka sendiri karena siswa mungkin menafsirkan pola demikian
sebagai usaha untuk mengendalikan masukan dan urutan gagasan.
7) Mengendalikan informasi faktual
Guru yang menyampaikan informasi faktual secara pribadi, apakah secara lisan
atau tertulis, mungkin menghalangi siswa untuk mengevaluasinya karena siswa
cenderung menafsirkan intervensi demikian sebagai usaha untuk membuat mereka
menerima kebenaran.
8) Tidak meminta evaluasi
Guru yang tidak meminta siswanya untuk mengevaluasi informasi yang mereka
pelajari mungkin menghalangi mereka untuk mengritik karena siswa cenderung
menafsirkan situasi tersebut sebagai hal yang melarang adanya kritik.
c. Guru yang menggunakan pendekatan terstruktur jangka panjang dalam konteks di
mana siswa secara psikologis bergantung kepada guru lebih kecil kemungkinannya
untuk bergeser dari situasi formal dibandingkan dengan guru yang menggunakan
pendekatan tak terstruktur.
Ketika siswa sangat bergantung kepada guru secara psikologis, guru mungkin dapat
mengurangi ketergantungan tersebut dengan jalan meyakinkan bahwa mereka tidak dapat
mendapatkan jawaban daripadanya. Pertanda apa pun yang menunjukkan digunakannya
pendekatan terstruktur, meskipun dalam jangka panjang, mendorong mereka untuk
menghabiskan tenaganya untuk mendapatkan jawaban dari gurunya. Tentu saja, guru
dapat berusaha meyakinkan siswanya bahwa dia tidak memiliki jawaban yang
diinginkan, tetapi mungkin cara yang baik adalah mengusahakan mencapai tujuan-tujuan
yang tak terstruktur sehingga siswa lebih leluasa dalam mengembangkan gagasan-
gagasan mereka untuk sampai pada jawaban yang diinginkan.
*) Makalah diseminarkan di SDK Santa Angela Bandung: Sabtu, 9 Januari 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar